9
Maret 2014, selesai berpartisipasi di pesta demokrasi, saya dan dua orang teman
saya segera meluncur ke Ambarukmo Plaza ( AMBLAZ). Saya lebih suka meneyebutnya
AMBLAZ ketimbang AMPLAZ, karena banyaknya orang yang berkunjung kesana seperti
akan membuat tempat tersebut rubuh alias amblas. Kunjungan saya kali ini
dikarenakan banyak sekali diskon-diskon bertebaran yang ditawarkan oleh
beberapa produk yang cukup branded.
Misalnya satu cup kopi
gratis dari Starbuck (tempat minum kopi yang paling cepet ngabisin bulanan),
buy one get two dari Baskin Robbin (es krim yang harganya cukup mentereng),
diskon sampai 20 persen untuk pembelian t-shirt di online shop salah satu fans
club klub sepakbola ternama asal Italia, AC MILAN ( Forza Milan, hhe), bahkan
salah satu tempat hiburan terlaris di bumi pertiwi, Dunia Fantasi a.k.a DuFan
memberikan diskon 50 persen, yaitu buy one get two hanya dengan menunjukkan
bukti penggunaan hak suara, yaitu tinta ungu, yang cukup merepotkan (karena
tintanya kemana-mana, nyebar keseluruh tangan, baju, sampe keypad hape). Serta
masih banyak lagi promo-promo yang saya yakin tidak terdeteksi oleh radar
diskon saya. Dan saking niatnya untuk dapetin semua diskon diatas, saya sampe
mencelupkan hampir setengah kelingking, supaya buktinya ga cepet ilang dan
tahan lama.
Dan Berhasilkah?
Ternyata setelah sampai disana, promo Starbuck sudah habis sejak sejam pertama
dimulai. Luar biasaaaaa. Incaran nomor satu saya ini laris luar biasa. Tidak
disangka-sangka, ternyata banyak juga anak muda (asumsi saya), yang mayoritas
menghuni kafe Starbuck cukup antusias dengan pemilu kali ini. Saya rasa ga
mungkin mereka nyelupin tangan ke tinta demi promo gratisan ini. Tapi walaupun
kehabisan, saya cukup senang mengingat tingginya antusias anak muda (lagi-lagi
asumsi saya) akan pemilu kali ini. Partisipasi para pelaku bisnis, entah mereka
melihat ini dari sisi promosi atau memang bagian dari kesadaran diri sebagai
warga masyarakat untuk ikut menyosialisasikan pemilu juga perlu diapresiasi karena
membantu KPU untuk mengurangi jumlah golput dan saya pikir cukup efektif.
Apatisme yang sebelumnya sering terjadi di kalangan anak muda mudah-mudahan
tidak kembali menjangkiti salah satu sumber suara mayoritas di pemilu kali ini.
Dan harapan untuk Indonesia lebih baik lagi-lagi dapat datang dari kaum muda
sebagai salah satu pelaku sejarah yang ikut mewarnai dan memerdekakan bangsa. Semoga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar